SEMARANG, derapguru.com – Pemerintah Kota Surabaya akan melarang guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR). Kebijakan tersebut akan berlaku efektif mulai tanggal 10 November 2022, bertepatan dengan Peringatan Hari Pahlawan.
Pengamat Pendidikan UPGRIS, Dr Arri Handayani, menyampaikan bahwa pengambilan kebijakan sekolah tanpa PR mestinya perlu mempertimbangkan bagaimana karakter sekolah dan karakter lingkungan. Sebab pada suatu wilayah yang luas, karakter sekolah dan karakter lingkungan yang berbeda, dampak yang dihasilkan juga akan berbeda-beda.
“Ada sekolah yang pulangnya sore sehingga siswa sudah capek sepulang sekolah, ada juga yang pulang siang sehingga siswa waktu luangnya sangat banyak. Ini juga perlu menjadi bahan pertimbangan, karena hasil yang diperoleh akan berbeda ketika karakter sekolahnya berbeda,” tandas Dr Arri kepada derapguru.com, Kamis 27 Oktober 2022.
Termasuk juga karakter lingkungan. Lingkungan yang berbeda, lanjut Dr Arri, akan menghasilkan dampak yang berbeda. Lingkungan yang tak peduli dengan tumbuh kembang anak tentu akan berbeda hasil dengan lingkungan orang tuanya memahami betul bagaimana anak harus berkembang.
“Orang tua yang tidak mendukung, kurang perhatian, lingkungan juga tidak mendukung, jelas hasilnya nanti jadi tidak baik. Ini hal-hal yang mestinya jadi pertimbangan. Ini bukan berarti memberi PR juga baik lho,” tandas Dr Arri.
Pekerjaan Rumah yang terlalu banyak juga bisa mengganggu tumbuh kembang siswa. Sebaliknya, bila tidak ada sama sekali, anak tanpa aktivitas positif di rumah, juga akan mempengaruhi tumbuh kembangnya juga.
Sebelumnya, pemerintah Kota Surabaya membuat terobosan baru di bidang pendidikan. Terhitung mulai tanggal 10 November 2022, bersamaan dengan momentum Peringatan Hari Pahlawan, siswa SD dan SMP sederajat di Surabaya tidak akan lagi terbebani Pekerjaan Rumah (PR). Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surabaya melarang para guru memberi pekerjaan rumah bagi siswa-siswanya.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan kegiatan mengerjakan PR yang selama ini dilakukan di rumah sekarang dikerjakan di sekolah bisa disisipkan pada saat pelaksanaan 2 jam untuk pendalaman karakter siswa. Contohnya, jam belajar yang selesai pukul 12.00 WIB akan dilanjutkan pendalaman karakter sampai pukul 14.00 WIB. Pendalaman karakter boleh disisipi kegiatan mengerjakan PR. “Tapi saya harap, meskipun ada PR, tidak terlalu berat dan terlalu banyak. Yang terpenting adalah pertumbuhan karakter mereka,” tutur Eri.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, mengatakan bahwa pihaknya sangat serius untuk mengurangi beban siswa. Menurut Yusuf, pola pembelajaran pendalam karakter ini akan melatih para siswa untuk lebih aktif, mandiri, dan berani memberikan pendapat untuk menciptakan desain atau rencana pengembangan pengetahuan siswa.
“Jam belajar selesai pukul 12.00 WIB dan pendalaman sampai pukul 14.00 WIB. Artinya, dua jam sudah efektif, anak-anak bisa mengikuti pola pembelajaran melalui pengambangan bakat masing-masing. Ada lukis, menari, mengaji, dan lainnya,” tandas Yusuf. (za)