SEMARANG, derapguru.com – Barangkali benar, geguritan dan puisi adalah genre sama dalam sastra, hanya bahasa saja yang membedakan. Dari sisi teknik, pelafalan, sampai tataran penjiawaannya pun memiliki standar yang sama. Setidaknya itulah yang terlihat saat mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah atau Prodi Pendidikan Bahasa Jawa saat membaca puisi.
Lantas bagaimana pula jadinya, bila ada mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris malah tampil menari tarian Jawa dipadukan dengan dance kontemporer? Apakah pakem kejawaanya masih bisa terlihat? Ya, tampilan-tampilan unik seperti inilah yang muncul dari acara Pembukaan Peringatan Bulan Bahasa yang digelar FPBS UPGRIS, baru-baru ini.
Bulan Bahasa merupakan bulan sepesial bagi institusi atau lembaga yang berkaitan dengan kebahasaan. Tiap bulan Oktober, peringatan Bulan Bahasa ini digelar rutin dengan berbagai kegiatan kebahasaan, seni, dan budaya. Bulan Oktober dijadikan Bulan Bahasa karena pada bulan inilah Sumpah Pemuda tahun 1928 diucapkan. Salah satu sumpahnya adalah Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia.
Syaroful Anam Putra, selaku ketua panitia kegiatan, mengatakan bahwa acara peringatan bulan bahasa kali ini menjadi awal peringatan acara bulan bahasa secara tatap muka. Sebab selama 2 tahun lebih acara Peringatan Bulan Bahasa hanya bisa digelar secara virtual mengingat masih adanya pandemi virus Covid-19.
“Dua tahun lalu, pas covid-19, acara Peringatan Bulan Bahasa itu online, jadi ga semeriah ini. Acara tatap muka seperti sekarang ini jadi titik balik, setelah 2 tahun online. Semoga aja ke depannya tetap bisa meriah dan lebih inovatif,“ tambah Anam.
Dekan FPBS UPGRIS, Dr Asrofah dalam sambutannya berpesan agar selalu tetap menjaga bahasa, baik bahasa dearah maupun bahasa nasional. Sebab bahasa merupakan alat pemersatu bagi bangsa Indonesia yang begitu heterogen. “Utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing“ pungkas Asrofah. (Royan Ibagaza/za)