SUNGGUH Indonesia memang benar-benar kaya dengan berbagai tarian-tarian etnisitas nusantara. Nyaris setiap etnis yang ada di nusantara ini memiliki tari-tarian indah nan eksotik. Dari ujung paling barat, dari Tanah Nangroe Aceh Darussalam misalnya, ada tarian yang rumit dan butuh presisi tinggi saat dimainkan; Tari Saman.
Lalu dari wilayah tengah agak ke Timur, dari tanah berpulau-pulau, Tanah Maluku, ada pula Tari Ulape, sebuah tarian perang yang dimainkan dengan alat musik etinik Cakalele. Atau dari ujung paling timur, Tanah Emas Papua, ada pula Tari Pangkur Sagu, sebuah tari penyambutan yang dibawakan saat bersiap panen raya sagu.
Ya, berbagai tarian eksotik inilah yang tampak dalam acara ‘Pentas Seni Nusantara” yang dimainkan oleh para mahasiswa Program Mahasiswa Merdeka PMM di Kampus UPGRIS. Pentas seni yang sekaligus untuk ucapan perpisahan mahasiswa PMM ini dipusatkan di Balairung UPGRIS, Kamis 19 Januari 2023.
Tidah hanya Tari Saman, Tari Ulape, atau Tari Pangkur Sagu saja, ada banyak tarian lain yang dibawakan dalam pentas seni kali ini. Beberapa tarian-tarian gabungan ernis Melayu, Karo, Simalungun, Mandailing, Pakpak, Nias, dan Toba.
Selain itu ada pula Tari Tanggai yang dibawakan mahasiwa PMM dari Palembang, Tari Sipatokaan dan Bitea dari Tanah Sulawesi Utara, bahkan Tari Sitobo Lalang Lipa, sebuah tarian solusi konflik dengan saling bertikam di dalam sarung.
Salah satu perwakilan mahasiswa PMM dari Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar, Nurdedi Syamsi, menyampaikan terima kasih atas penerimaannya untuk menjadi mahasiswa PMM di Kampus UPGRIS. Banyak kesan dan pengalaman yang didapatkan selama nyaris lima bulan bergabung di kampus ini.
“Begitu banyak yang kita temui, menemukan pengalaman, ilmu, dan yang terpenting kita mendapat keluarga baru di tempat ini. Dengan kegiatan ini kami bisa belajar kebhinekaan dan berbudaya dari Semarang. Terima kasih atas semuanya,” tuturnya. (za)